Rabu, 06 Maret 2013

Artikel Kewirausahaan

1. Hakikat dan Konsep Dasar Kewirusahaan
Kewirausahaan pertama kali muncul pada abad 18 diawali dengan penemuan-penemuan baru seperti mesin uap, mesin pemintal, dll. Tujuan utama mereka adalah pertumbuhan dan perluasan organisasi melalui inovasi dan kreativitas. Keuntungan dan kekayaan bukan tujuan utama.
Secara sederhana arti wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan Berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. (Kasmir, 2007 : 18).
Pengertian kewirausahaan relatif berbeda-beda antar para ahli/sumber acuan dengan titik berat perhatian atau penekanan yang berbeda-beda, diantaranya adalah penciptaan organisasi baru (Gartner, 1988), menjalankan kombinasi (kegiatan) yang baru (Schumpeter, 1934), ekplorasi berbagai peluang (Kirzner, 1973), menghadapi ketidakpastian (Knight, 1921), dan mendapatkan secara bersama faktor-faktor produksi (Say, 1803).
Beberapa definisi tentang kewirausahaan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
Ø Richard Cantillon (1775)
Kewirausahaan didefinisikan sebagai bekerja sendiri (self-employment). Seorang wirausahawan membeli barang saat ini pada harga tertentu dan menjualnya pada masa yang akan datang dengan harga tidak menentu. Jadi definisi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi resiko atau ketidakpastian
Ø Jean Baptista Say (1816)
Seorang wirausahawan adalah agen yang menyatukan berbagai alat-alat produksi dan menemukan nilai dari produksinya.
Ø Frank Knight (1921)
Wirausahawan mencoba untuk memprediksi dan menyikapi perubahan pasar. Definisi ini menekankan pada peranan wirausahawan dalam menghadapi ketidakpastian pada dinamika pasar. Seorang worausahawan disyaratkan untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajerial mendasar seperti pengarahan dan pengawasan
Ø Joseph Schumpeter (1934)
Wirausahawan adalah seorang inovator yang mengimplementasikan perubahanperubahan di dalam pasar melalui kombinasi-kombinasi baru.
Kombinasi baru tersebut bisa dalam bentuk
(1) memperkenalkan produk baru atau dengan kualitas baru,
(2) memperkenalkan metoda produksi baru,
(3) membuka pasar yang baru (new market),
(4) Memperoleh sumber pasokan baru dari bahan atau komponen baru, atau
(5) menjalankan organisasi baru pada suatu industri. Schumpeter mengkaitkan wirausaha dengan konsep inovasi yang diterapkan dalam konteks bisnis serta mengkaitkannya dengan kombinasi sumber daya.
Ø Penrose (1963)
Kegiatan kewirausahaan mencakup indentifikasi peluang-peluang di dalam system ekonomi. Kapasitas atau kemampuan manajerial berbeda dengan kapasitas kewirausahaan.
Ø Harvey Leibenstein (1968, 1979)
Kewirausahaan mencakup kegiatan-kegiatann yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya.
Ø Israel Kirzner (1979)
Wirausahawan mengenali dan bertindak terhadap peluang pasar. Entrepreneurship Center at Miami University of Ohio Kewirausahaan sebagai proses mengidentifikasi, mengembangkaan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasila akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi resiko atau ketidakpastian.
Ø Peter F. Drucker
Kewirausahaan merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Pengertian ini mengandung maksud bahwa seorang wirausahan adalah orang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, berbeda dari yang lain. Atau mampu menciptakan sesuatu yang berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya.
Ø Zimmerer
Kewirausahaan sebagai suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha).
Salah satu kesimpulan yang bisa ditarik dari berbagai pengertian tersebut adalah bahwa kewirausahaan dipandang sebagai fungsi yang mencakup eksploitasi peluangpeluang yang muncul di pasar. Eksploitasi tersebut sebagian besar berhubungan dengan pengarahan dan atau kombinasi input yang produktif. Seorang wirausahawan selalu diharuskan menghadapi resiko atau peluang yang muncul, serta sering dikaitkan dengan tindakan yang kreatif dan innovatif. Wirausahawan adalah orang yang merubah nilai sumber daya, tenaga kerja, bahan dan faktor produksi lainnya menjadi lebih besar daripada sebelumnya dan juga orang yang melakukan perubahan, inovasi dan cara-cara baru. Selain itu, seorang wirausahawan menjalankan peranan manajerial dalam kegiatannya, tetapi manajemen rutin pada operasi yang sedang berjalan tidak digolongkan sebagai kewirausahaan. Seorang individu mungkin menunjukkan fungsi kewirausahaan ketika membentuk sebuah organisasi, tetapi selanjutnya menjalankan fungsi manajerial tanpa menjalankan fungsi kewirausahaannya. Jadi kewirausahaan bias bersifat sementara atau kondisional.
Kesimpulan lain dari kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu yang berbeda nilainya dengan menggunakan usaha dan waktu yang diperlukan, memikul resiko finansial, psikologi dan sosial yang menyertainya, serta menerima balas jasa moneter dan kepuasan pribadi.
Istilah wirausaha muncul kemudian setelah dan sebagai padanan wiraswasta yang sejak awal sebagian orang masih kurang sreg dengan kata swasta. Persepsi tentang wirausaha sama dengan wiraswasta sebagai padanan entrepreneur. Perbedaannya adalah pada penekanan pada kemandirian (swasta) pada wiraswasta dan pada usaha (bisnis) pada wirausaha. Istilah wirausaha kini makin banyak digunakan orang terutama karena memang penekanan pada segi bisnisnya. Walaupun demikian mengingat tantangan yang dihadapi oleh generasi muda pada saat ini banyak pada bidang lapangan kerja, maka pendidikan wiraswasta mengarah untuk survival dan kemandirian seharusnya lebih ditonjolkan.
Sedikit perbedaan persepsi wirausaha dan wiraswasta harus dipahami, terutama oleh para pengajar agar arah dan tujuan pendidikan yang diberikan tidak salah. Jika yang diharapkan dari pendidikan yang diberikan adalah sosok atau individu yang lebih bermental baja atau dengan kata lain lebih memiliki kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasarn advirsity (AQ) yang berperan untuk hidup (menghadapi tantangan hidup dan kehidupan) maka pendidikan wiraswasta yang lebih tepat. Sebaliknya jika arah dan tujuan pendidikan adalah untuk menghasilkan sosok individu yang lebih lihai dalam bisnis atau uang, atau agar lebih memiliki kecerdasan finansial (FQ) maka yang lebih tepat adalah pendidikan wirausaha. Karena kedua aspek itu sama pentingnya, maka pendidikan yang diberikan sekarang lebih cenderung kedua aspek itu dengan menggunakan kata wirausaha. Persepsi wirausaha kini mencakup baik aspek financial maupun personal, sosial, dan profesional (Soesarsono, 2002 : 48)
2. Ciri dan Watak Wirausaha
Ø Ciri-ciri dan watak kewirausahaan
1. Percaya diri Keyakinan, ketidaktergantungan, individualistis, dan optimisme
2. Berorientasi pada tugas dan hasil Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energetik dan inisiatif
3. Pengambilan resiko Kemampuan untuk mengambil resiko yang wajar dan suka tantangan
4. Kepemimpinan Perilaku sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain, menanggapi saran-saran dan kritik
5. Keorisinilan Inovatif dan kreatif serta fleksibel
6. Berorientasi ke masa depan Pandanga ke depan, perspektif Dalam konteks bisnis, seorang entrepreneur membuka usaha baru (new ventures) yang menyebabkan munculnya produk baru arau ide tentang penyelenggaraan jasa-jasa.
Ø Karakteristik tipikal entrepreneur (Schermerhorn Jr, 1999) :
1. Lokus pengendalian internal
2. Tingkat energi tinggi
3. Kebutuhan tinggi akan prestasi
4. Toleransi terhadap ambiguitas
5. Kepercayaan diri
6. Berorientasi pada action
Ø Karakteristik Wirausahawan (Masykur W)
1. Keinginan untuk berprestasi
2. Keinginan untuk bertanggung jawab
3. Preferensi kepada resiko menengah
4. Persepsi kepada kemungkian berhasil
5. Rangsangan untuk umpan balik
6. Aktivitas Energik
7. Orientasi ke masa depan
8. Ketrampilan dalam pengorganisasian
9. Sikap terhadap uang
Ø Wirausahawan yang berhasil mempunyai standar prestasi (n Ach) tinggi. Potensi kewirausahaan tersebut dapat dilihat sebagai berikut : (Masykur, Winardi)
1. Kemampuan inovatif
2. Toleransi terhadap kemenduaan (ambiguity)
3. Keinginan untuk berprestasi
4. Kemampuan perencanaan realistis
5. Kepemimpinan berorientasi pada tujuan
6. Obyektivitas
7. Tanggung jawab pribadi
8. Kemampuan beradaptasi (Flexibility)
9. Kemampuan sebagai pengorganisator dan administrator
10. Tingkat komitmen tinggi (survival)
Ø Jenis Kewirausahaan (Williamson, 1961)
1. Innovating Entrepreneurship
Bereksperimentasi secara agresif, trampil mempraktekkan transformasi-transformasi atraktif
2 Imitative Entrepreneurship
Meniru inovasi yang berhasil dari para Innovating Entrepreneur
3. Fabian Entrepreneurship
Sikap yang teramat berhati-hati dan sikap skeptikal tetapi yang segera melaksanakan peniruan-peniruan menjadi jelas sekali, apabila mereka tidak melakukan hal tersebut, mereka akan kehilangan posisi relatif pada industri yang bersangkutan.
4. Drone Entrepreneurship
Drone = malas. Penolakan untuk memanfaatkan peluang-peluang untuk melaksanakan perubahan-perubahan dalam rumus produksi sekalipun hal tersbut akan mengakibatkan mereka merugi diandingkan dengan produsen lain. Di banyak negara berkembang masih terdapat jenis entrepreneurship yang lain yang disebut sebagai Parasitic Entrepreneurship, dalam konteks ilmu ekonomi disebut sebagai Rent-seekers (pemburu rente). (Winardi, 1977)
3. Proses Kewirausahaan
Tahap-tahap Kewirausahaan Secara umum tahap-tahap melakukan wirausaha :
a) Tahap memulai, tahap di mana seseorang yang berniat untuk melakukan usaha mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, diawali dengan melihat peluang usaha baru yang mungkin apakah membuka usaha baru, melakukan akuisisi, atau melakukan franchising. Juga memilih jenis usaha yang akan dilakukan apakah di bidang pertanian, industri / manufaktur / produksi atau jasa.
b) Tahap melaksanakan usaha atau diringkas dengan tahap "jalan", tahap ini seorang wirausahawan mengelola berbagai aspek yang terkait dengan usahanya, mencakup aspek-aspek : pembiayaan, SDM, kepemilikan, organisasi, kepemimpinan yang meliputi bagaimana mengambil resiko dan mengambil keputusan, pemasaran, dan melakukan evaluasi.
c) Mempertahankan usaha, tahap di mana wirausahawan berdasarkan hasil yang telah dicapai melakukan analisis perkembangan yang dicapai untuk ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi yang dihadapi
d) Mengembangkan usaha, tahap di mana jika hasil yang diperoleh tergolong positif atau mengalami perkembangan atau dapat bertahan maka perluasan usaha menjadi salah satu pilihan yang mungkin diambil.
Menurut Carol Noore yang dikutip oleh Bygrave (1996 : 3), proses kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi tersebut dipengeruhi oleh berbagai faktor baik yang berasal dari pribadi maupun di luar pribadi, seperti pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan dan lingkungan. Faktor-faktor tersebut membentuk locus of control, kreativitas, keinovasian, implementasi, dan pertumbuhan yang kemudian berkembangan menjadi wirausaha yang besar. Secara internal, keinovasian dipengaruhi oleh faktor yang bersal dari individu, seperti locus of control, toleransi, nilai-nilai, pendidikan, pengalaman. Sedangkan faktor yang berasal dari lingkungan yang mempengaruhi diantaranya model peran, aktivitas, dan peluang. Oleh karena itu, inovasi berkembangan menajdi kewirausahaan melalui proses yang dipengrauhi lingkungan,
organisasi dan keluarga (Suryana, 2001 : 34).
Secara ringkas, model proses kewirausahaan mencakup tahap-tahap berikut (Alma, 2007
: 10 – 12) :
1. proses inovasi
2. proses pemicu
3. proses pelaksanaan
4. proses pertumbuhan
Berdasarkan analisis pustaka terkait kewirausahaan, diketahui bahwa aspek-aspek yang
perlu diperhatikan dalam melakukan wirausaha adalah :
a. mencari peluang usaha baru : lama usaha dilakukan, dan jenis usaha yang pernah dilakukan
b. pembiayaan : pendanaan – jumlah dan sumber-sumber dana
c. SDM : tenaga kerja yang dipergunakan
d. kepemilikan : peran-peran dalam pelaksanaan usaha
e. organisasi : pembagian kerja diantara tenaga kerja yang dimiliki
f. kepemimpinan : kejujuran, agama, tujuan jangka panjang, proses manajerial (POAC)
g. Pemasaran : lokasi dan tempat usaha

Artikel Teknologi informasi dan komunikasi

  • TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI : KONSEP DAN PERKEMBANGANNYAI. Pendahuluan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai bagian dari ilmupengetahuan dan teknologi (IPTEK) secara umum adalah semua yang teknologiberhubungan dengan pengambilan, pengumpulan (akuisisi), pengolahan,penyimpanan, penyebaran, dan penyajian informasi (Kementerian Negara Riset danTeknologi, 2006: 6). Tercakup dalam definisi tersebut adalah semua perangkat keras,perangkat lunak, kandungan isi, dan infrastruktur komputer maupun (tele)komunikasi.Istilah TIK atau ICT (Information and Communication Technology), atau yang dikalangan negara Asia berbahasa Inggris disebut sebagai Infocom, muncul setelahberpadunya teknologi komputer (baik perangkat keras maupun perangkat lunaknya)dan teknologi komunikasi sebagai sarana penyebaran informasi pada paruh keduaabad ke-20. Perpaduan kedua teknologi tersebut berkembang sangat pesat, jauhmelampaui bidang-bidang teknologi lainnya. Bahkan sampai awal abad ke-21 ini,dipercaya bahwa bidang TIK masih akan terus pesat berkembang dan belum terlihattitik jenuhnya sampai beberapa dekade mendatang. Pada tingkat global,perkembangan TIK telah mempengaruhi seluruh bidang kehidupan umat manusia.Intrusi TIK ke dalam bidang-bidang teknologi lain telah sedemikian jauh sehinggatidak ada satupun peralatan hasil inovasi teknologi yang tidak memanfaatkanperangkat TIK. Membicarakan pengaruh TIK pada berbagai bidang lain tentu memerlukanwaktu diskusi yang sangat panjang. Dalam makalah ini, kaitan TIK dengan prosespembelajaran disoroti lebih dibanding dengan kaitannya dengan bidang lain. Tanpamengecilkan pengaruh TIK di bidang lain, bidang pembelajaran mendapatkanmanfaat lebih dalam kaitannya dengan kemampuan TIK mengolah dan menyebarkaninformasi.II. Perkembangan TIK Bila dilacak ke belakang, terdapat beberapa tonggak perkembangan teknologiyang secara nyata memberi sumbangan terhadap eksistensi TIK saat ini. Pertamaadalah temuan telepon oleh Alexander Graham Bell pada tahun 1875. Temuan inikemudian ditindaklanjuti dengan penggelaran jaringan komunikasi dengan kabel yangmelilit seluruh daratan Amerika, bahkan kemudian diikuti pemasangan kabelkomunikasi trans-atlantik. Inilah infrastruktur masif pertama yang dibangun manusiauntuk komunikasi global. Memasuki abad ke-20, tepatnya antara tahun 1910-1920,terealisasi transmisi suara tanpa kabel melalui siaran radio AM yang pertama(Lallana, 2003:5). Komunikasi suara tanpa kabel segera berkembang pesat, dankemudian bahkan diikuti pula oleh transmisi audio-visual tanpa kabel, yang berwujudsiaran televisi pada tahun 1940-an. Komputer elektronik pertama beroperasi padatahun 1943, yang kemudian diikuti oleh tahapan miniaturisai komponen elektronikmelalui penemuan transistor pada tahun 1947, dan rangkaian terpadu (integratedelectronics) pada tahun 1957. Perkembangan teknologi elektronika, yang merupakansoko guru TIK saat ini, mendapatkan momen emasnya pada era perang dingin.Persaingan IPTEK antara blok Barat (Amerika Serikat) dan blok Timur (eks UniSovyet) justru memacu perkembangan teknologi elektronika lewat upayaminiaturisasi rangkaian elektronik untuk pengendali pesawat ruang angkasa maupun 2
  • mesin-mesin perang. Miniaturisasi komponen elektronik, melalui penciptaanrangkaian terpadu, pada puncaknya melahirkan mikroprosesor. Mikroprosesor inilahyang menjadi ‘otak’ perangkat keras komputer, dan terus berevolusi sampai saat ini. Di lain pihak, perangkat telekomunikasi berkembang pesat saat mulaidiimplementasi-kannya teknologi digital menggantikan teknologi analog yang mulaimenampakkan batas-batas maksimal pengeksplorasiannya. Digitalisasi perangkattelekomunikasi kemudian berkonvergensi dengan perangkat komputer yang dari awalmerupakan perangkat yang mengadopsi teknologi digital. Produk hasil konvergensiinilah yang saat ini muncul dalam bentuk telepon seluler. Di atas infrastrukturtelekomunikasi dan komputasi inilah kandungan isi (content) berupa multimedia,mendapatkan tempat yang tepat untuk berkembang. Konvergensi telekomunikasi-komputasi-multimedia inilah yang menjadi ciri abad ke-21, sebagaimana abad ke-18dicirikan oleh revolusi industri. Bila revolusi industri menjadikan mesin-mesinsebagai pengganti ‘otot’ manusia maka revolusi digital (karena konvergensitelekomunikasi-komputasi-multimedia terjadi melalui implementasi teknologi digital)menciptakan mesin-mesin yang mengganti (atau setidaknya meningkatkankemampuan) ‘otak’ manusia. Indonesia pernah menggunakan istilah telematika (telematics) untuk maksudyang kurang lebih sama dengan TIK yang kita kenal saat ini. Encarta Dictionarymendeskripsikan telematics sebagai telecommunication+informatics(telekomunikasi+informatika) meskipun sebelumnya kata itu bermakna science ofdata transmission. Pengolahan informasi dan pendistribusiannya melalui jaringantelekomunikasi membuka banyak peluang untuk dimanfaatkan di berbagai bidangkehidupan manusia, termasuk bidang pendidikan. Ide untuk menggunakan mesin-belajar, membuat simulasi proses-proses yang rumit, animasi proses-proses yang sulitdideskripsikan, sangat menarik minat praktisi pembelajaran. Tambahan lagi,kemungkinan untuk melayani pembelajaran yang tak terkendala waktu dan tempat,juga dapat difasilitasi oleh TIK. Sejalan dengan itu mulailah bermunculan berbagaijargon berawalan e, mulai dari e-book, e-learning, e-laboratory, e-education, e-library dan sebagainya. Awalan e- bermakna electronics yang secara implisitdimaknai berdasar teknologi elektronika digital.III. Kebijakan Nasional bidang TIK Menyadari pentingnya TIK sebagai bidang yang berperan besar dalampembangunan nasional, Kementerian Negara Riset dan Teknologi memberikan arahansektor-sektor yang diprioritaskan untuk dikembangkan melalui kegiatan riset, antaralain: infrastruktur informasi, perangkat lunak, kandungan informasi (informationcontent), pengembangan SDM dan kelembagaan, pengembangan regulasi danstandarisasi (Kementerian Negara Riset dan Teknologi, 2006: 5).IV. Infrastruktur Informasi Infrastruktur informasi terdiri atas beberapa aspek yang seluruhnya harusdibangun secara paralel dan saling menunjang. Aspek pertama adalah jaringanfisikyang berfungsi sebagai jalan raya informasi baik pada tingkat jaringan tulang-punggung maupun tingkat akses pelanggan. Jaringan tulang punggung harus mampumenghubungkan seluruh daerah Indonesia sampai wilayah pemerintahan terkecil.Pada tingkat akses pelanggan harus memungkinkan tersedianya akses yang murah danmemadai bagi masyarakat luas. 3
  • Aspek kedua menekankan pada kemanfaatan sebesar-besarnya pengelolaansumber informasi bagi seluruh komponen masyarakat. Kondisi ini dapat dicapaimelalui diwujudkannya interoperabilitas sumber daya informasi yang tersebar luassehingga dapat dimanfaatkan secara efisien dan efektif oleh seluruh pemangkukepentingan. Aspek terakhir adalah pengembangan perangkat keras, baik di sisi jaringanmaupun di sisi terminal. Pengembangan ini harus dirancang berdasarkan kebutuhandan kondisi jaringan yang ada di Indonesia, dengan mengadopsi sistem terbuka danmenanamkan tingkat kecerdasan tertentu untuk memudahkan integrasi sistem danpengembangannya di masa depan.V. Perangkat Lunak Pengembangan perangkat lunak diarahkan pada realisasi sistem aplikasi yangmampu menunjang proses transaksi ekonomi yang cepat dan aman, serta pengambilankeputusan yang benar dan cepat. Harga yang terjangkau dan daya saing pada tingkatinternasional merupakan salah satu kriteria yang dipersyaratkan, khususnyamendukung kebijakan substitusi impor. Perangkat lunak sistem operasi dengan kehandalan tinggi dan kebutuhansumber daya memori maupun prosesor yang minimal serta fleksibel terhadapperangkat keras maupun program aplikasi yang baru, merupakan prioritas yang harusdikembangkan. Program aplikasi juga perlu dikembangkan, terutama yang terkaitdengan sektor perekonomian, industri, pendidikan, maupun pemerintahan. Dalam mempercepat pengembangan dan pendayagunaan perangkat lunak,perlu pula ditinjau implementasi konsep open source. Penerapan konsep open sourceini diharapkan mampu menggalakkan industri perangkat lunak dengan partisipasiseluruh lapisan masyarakat tanpa melakukan pelanggaran hak cipta.VI. Kandungan Informasi Kegiatan pengembangan kandungan informasi (information content) bertujuanmelakukan penataan, penyimpanan, dan pengolahan informasi yang diperlukan untukmeningkatkan efisiensi proses pembangunan, pengorganisasian, pencarian, danpendistribusian informasi. Kegiatan riset dan pengembangan kandungan informasi diawali denganpemetaan berbagai potensi dan informasi nasional beserta pemodelan prosesinformation retrieval. Dengan demikian implementasi information repository daninformation sharing merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pengembanganteknologi informasi dan komunikasi. Pemanfaatan maksimal kandungan informasiyang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dengan potensi lokal, akumulasi kekayaanseni dan budaya Indonesia yang beraneka ragam dapat pula dieksploitasi sebesar-besarnya untuk menghasilkan produk-produk seni budaya yang berbasis multimedia.VII. Pengembangan SDM Dalam pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) diperlukan upayapeningkatan kemandirian dan keunggulan, yang salah satunya adalah denganmengembangkan sistem pendidikan dan pelatihan untuk membentuk keahlian danketerampilan masyarakat dan peneliti dalam bidang teknologi yang strategis sertamengantisipasi timbulnya kesenjangan keahlian sebagai akibat kemajuan teknologi,khususnya teknologi informasi dan komunikasi. 4
  • VIII. Pengembangan Regulasi dan Standarisasi Program kajian regulasi meliputi penyusunan Undang-Undang danpenyempurnaan berbagai kebijakan terkait bidang teknologi informasi, komunikasidan broadcasting. Salah satunya adalah penyempurnaan Cetak Biru Telekomunikasidan UU Telekomunikasi No. 36/1999 yang sudah mulai ketinggalan denganperkembangan teknologi dan tuntutan masyarakat. Penyelesaian Rancangan UUtentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan berbagai UU lain yang dapatmendorong pertumbuhan aplikasi IT sangatlah diharapkan realisasinya pada tahun2005-2025. Termasuk dalam kerangka regulasi ini adalah mempercepat terlaksananyaproses kompetisi yang sebenar-benarnya dalam penyediaan jasa telekomunikasisehingga dapat memberikan perbaikan kondisi layanan, kemudahan bagi penggunajasa, serta harga yang ekonomis.IX. TIK dalam Pembelajaran Pemanfaatan TIK dalam pembelajaran di Indonesia telah memiliki sejarahyang cukup panjang. Inisiatif menyelenggarakan siaran radio pendidikan dan televisipendidikan sebagai upaya melakukan penyebaran informasi ke satuan-satuanpendidikan yang tersebar di seluruh nusantara, merupakan wujud dari kesadaran untukmengoptimalkan pendayagunaan teknologi dalam membantu proses pembelajaranmasyarakat. Kelemahan utama siaran radio maupun televisi pendidikan adalah tidakadanya interaksi imbal-balik yang seketika. Siaran bersifat searah, dari nara sumberbelajar atau fasilitator kepada pembelajar. Introduksi komputer dengan kemampuannya mengolah dan menyajikantayangan multimedia (teks, grafis, gambar, suara, dan movie) memberikan peluangbaru untuk mengatasi kelemahan yang tidak dimiliki siaran radio dan televisi. Bilatelevisi hanya mampu memberikan informasi searah (terlebih-lebih bila materitayangannya adalah materi hasil rekaman), pembelajaran berbasis teknologi internetmemberikan peluang berinteraksi baik secara sinkron (real time) maupun asinkron(delayed). Pembelajaran berbasis Internet memungkinkan terjadinya pembelajaransecara sinkron dengan keunggulan utama bahwa pembelajar maupun fasilitator tidakharus berada di satu tempat yang sama. Pemanfaatan teknologi video conference yangdijalankan berdasar teknologi Internet, memungkinkan pembelajar berada di manasaja sepanjang terhubung ke jaringan komputer. Selain aplikasi puncak seperti itu,beberapa peluang lain yang lebih sederhana dan lebih murah juga dapatdikembangkan sejalan dengan kemajuan TIK saat ini.X. Buku Elektronik Buku elektronik atau ebook adalah salah satu teknologi yang memanfaatkankomputer untuk menayangkan informasi multimedia dalam bentuk yang ringkas dandinamis. Ke dalam ebook dapat diintegrasikan tayangan suara, grafik, gambar,animasi, maupun movie sehingga informasi yang disajikan lebih kaya dibandingkandengan buku konvensional. Jenis ebook paling sederhana adalah yang sekedar memindahkan bukukonvensional menjadi bentuk elektronik yang ditayangkan oleh komputer. Denganteknologi ini, ratusan buku dapat disimpan dalam satu keping CD atau compact disk(kapasitas sekitar 700MB), DVD atau digital versatile disk (kapasitas 4,7 sampai 8,5GB), ataupun flashdisk (saat ini kapasitas yang tersedia sampai 4 GB). Bentuk yanglebih kompleks dan memerlukan rancangan yang lebih cermat ada pada misalnyaMicrosoft Encarta dan Encyclopedia Britannica yang merupakan ensiklopedi dalam 5
  • format multimedia. Format multimedia memungkinkan ebook menyediakan tidak sajainformasi tertulis tetapi juga suara, gambar, movie dan unsur multimedia lainnya.Penjelasan tentang satu jenis musik, misalnya, dapat disertai dengan cuplikan suarajenis musik tersebut sehingga pengguna dapat dengan jelas memahami apa yangdimaksud oleh penyaji.XI. E-learning Beragam definisi dapat ditemukan untuk e-learning. Victoria L. Tinio,misalnya, menyatakan bahwa e-learning meliputi pembelajaran pada semua tingkatan,formal maupun nonformal yang menggunakan jaringan komputer (intranet maupunekstranet) untuk pengantaran bahan ajar, interaksi, dan/atau fasilitasi (Tinio, tt: 4).Untuk pembelajaran yang sebagian prosesnya berlangsung dengan bantuan jaringaninternet, sering disebut sebagai online learning. Definisi yang lebih luasdikemukakan pada working paper SEAMOLEC, yakni e-learning adalahpembelajaran melalui jasa elektronik (SEAMOLEC, 2003:1). Meski beragam definisinamun pada dasarnya disetujui bahwa e-learning adalah pembelajaran denganmemanfaatkan teknologi elektronik sebagai sarana penyajian dan distribusi informasi.Dalam definisi tersebut tercakup siaran radio maupun televisi pendidikan sebagaisalah satu bentuk e-learning. Meskipun per definisi radio dan televisi pendidikanadalah salah satu bentuk e-learning, pada umumnya disepakati bahwa e-learningmencapai bentuk puncaknya setelah bersinergi dengan teknologi internet. Internet-based learning atau web-based learning dalam bentuk paling sederhana adalah web-site yang dimanfaatkan untuk menyajikan materi-materi pembelajaran. Cara inimemungkinkan pembelajar mengakses sumber belajar yang disediakan oleh narasumber atau fasilitator kapanpun dikehendaki. Bila diperlukan, dapat pula disediakanmailing-list khusus untuk situs pembelajaran tersebut yang berfungsi sebagai forumdiskusi. Fasilitas e-learning yang lengkap disediakan oleh perangkat lunak khususyang disebut perangkat lunak pengelola pembelajaran atau LMS (learningmanagement system). LMS mutakhir berjalan berbasis teknologi internet sehinggadapat diakses dari manapun selama tersedia akses ke internet (Hari Wibawanto,2006). Fasilitas yang disediakan meliputi pengelolaan siswa atau peserta didik,pengelolaan materi pembelajaran, pengelolaan proses pembelajaran termasukpengelolaan evaluasi pembelajaran serta pengelolaan komunikasi antara pembelajardengan fasilitator-fasilitatornya. Fasilitas ini memungkinkan kegiatan belajar dikelolatanpa adanya tatap muka langsung di antara pihak-pihak yang terlibat (administrator,fasilitator, peserta didik atau pembelajar). ‘Kehadiran’ pihak-pihak yang terlibatdiwakili oleh email, kanal chatting, atau melalui video conference.XII. Aplikasi Lain Selain e-book dan fasilitas e-learning, berbagai aplikasi lain bermunculan (dankadang saling berintegrasi sehingga menimbulkan sinergi) sebagai dampak ikutanperkembangan TIK terutama internet. E-zine dari kata e-magazine, merupakan bentuk digital dari majalahkonvensional. Penerbitan majalah berformat digital memungkinkan ditekannyaongkos produksi (karena tidak perlu mencetak) dan distribusi (karena sekali diuploadke server, seluruh dunia bisa mengaksesnya). Pemutakhiran isinya juga dapatdilakukan dengan sangat cepat sehingga perkembangan mutakhir dapat disajikandengan lebih cepat. Termasuk dalam kategori e-zine ini adalah e-newspaper yang 6
  • berfokus pada berita terkini dan e-journal yang memfokuskan diri pada laporan hasil-hasil penelitian. E-laboratory, merupakan bentuk digital dari fasilitas dan proses-proseslaboratorium yang dapat disimulasikan secara digital. Pada dasarnya, perangkat lunakini adalah perangkat lunak animasi dan simulasi yang dapat dikemas dalam kepingCD, DVD maupun disajikan pada web-site sebagai web-based application (perangkatlunak yang berjalan pada jaringan internet). Blog atau weblog adalah perkembangan mutakhir di bidang web-basedapplication. Ide semula adalah menyediakan fasilitas electronic diary atau buku harianelektronik untuk remaja. Pengguna dapat mengisi buku harian tersebut semudahmenulis email, mengunggah (upload) ke server hanya dengan meng-klik ikon, danhasilnya adalah tayangan tulisan di layar browser. Pemakai internet di manapunberada dapat melihat publikasi tersebut dengan mengakses alamat situs, misalnya:http://hariwibawanto.wordpress.com. Dari sisi kandungan isi, blok sekarang banyakberisi gagasan, ide, dan opini pribadi tentang satu masalah yang menarik secarasubyektif. Meskipun akurasi informasi yang tersaji masih bisa diperdebatkan, tetapiyang penting adalah blog memungkinkan seseorang tanpa pengetahuan desain web-site dapat dengan mudah membuat web-site pribadi dan mengelola maupunmemutakhirkan isinya dengan sangat mudah. Kemudahan lain adalah tersedianyabanyak server blog gratis. Dalam konteks pemanfaatannya bagi proses pembelajaran,kandungan isi blog pembelajar, misalnya, dapat menjadi umpan balik bagi fasilitator.XIII. Konteks Lokal: Universitas Negeri Semarang Salah satu syarat awal keterlibatan sivitas akademika dalam dunia TIK modernadalah computer literate atau melek komputer. Pendekatannya bisa top-down (daridosen turun ke mahasiswa) atau sebaliknya bottom-up (dari mahasiswa naik kedosen), atau dua-duanya berjalan simultan. Pendekatan ketiga itulah yang secaraalami terjadi di Universitas Negeri Semarang (Unnes). Penetrasi budaya masyarakatinformasi yang ditularkan oleh perguruan tinggi besar di Indonesia maupun luarnegeri telah menjadikan sebagian dosen melek komputer dan melek internet lebh duludari rekan-rekannya yang lain. Aset inilah yang secara alami melalui proses interaksisaling memerlukan, menjadi sarana persebaran keterampilan (dan budaya)menggunakan komputer dan internet. Penggarapan lebih serius dilakukan oleh UPT Sumber Belajar dan Mediamelalui kegiatan-kegiatan pelatihan produksi multimedia, perancangan situs web, dansebagainya, yang berlangsung sejak tahun 2000. Dalam kegiatan-kegiatan pelatihanitulah dilakukan pengenalan pemanfaatan komputer untuk pembelajaran, sehinggamenimbulkan gairah belajar-mengajar dengan fasilitas komputer. Sejak itu, mulailah masing-masing jurusan maupun program studimenyediakan fasilitas laboratorium komputer maupun laboratorium produksimultimedia. Kebutuhan yang mendesak terhadap akses internet mulai dilayani olehwarung internet yang bekerjasama dengan UPT Perpustakaan, kemudian disusul olehlayanan serupa di Jurusan Fisika, Jurusan Ekonomi, dan Jurusan Teknik Elektro. Menyadari pentingnya akses Internet dan fasilitas pembelajaran berbasis TIKlainnya, maka pada tahun 2006, melalui program hibah kompetisi INHERENT Unnesberupaya menyatukan jaringan-jaringan komputer lokal yang ada di 8 fakultas denganmenggunakan back-bone serat optik. Upaya itu berhasil dilakukan setelah Unnesmemenangkan hibah INHERENT (Unnes, 2006). Penyatuan jaringan lokal tersebutmemungkinkan dioperasikannya sistem informasi online yang mulai tahun 2007 7
  • dimanfaatkan sebagai sarana heregistrasi, yudisium, dan pengisian KRS secara online.Pengembangan selanjutnya adalah menyatukan beberapa kampus Unnes yang beradadi lokasi lain (misalnya: Program Pascasarjana di Bendan Ngisor dan PGSD diKaranganyar) menjadi satu jaringan dengan kampus pusat di Gunungpati. Sayangnya,keterbatasan anggaran rutin yang disediakan Unnes menjadikan rencana-rencanatersebut hanya dapat dilaksanakan dengan mengandalkan dana-dana dari programhibah kompetisi. Tim-tim yang dibentuk oleh Unnes mendapat tugas berat untukmengajukan dan mempertahankan proposal yang diajukan ke Direktorat PendidikanTinggi, bersaing dengan ratusan perguruan tinggi lain (negeri maupun swasta), agardapat didanai. Beberapa permasalahan yang ditengarai menjadi tantangan pemanfataan TIKbagi pembelajaran di Unnes antara lain adalah: Adanya digital divide dalam konteks lokal Unnes sendiri. Ada kesenjanganantara mahasiswa yang memperoleh kekayaan informasi lebih dengan mahasiswayang memiliki akses informasi terbatas, baik akibat belum meratanya ketersediaanfasilitas, kurangnya keterampilan mengakses informasi, kurangnya dukunganfinansial, maupun oleh sebab-sebab lain yang belum bisa diidentifikasi. Kesenjangandigital ini juga terjadi pada level dosen dan sivitas akademika lainnya. Adanya resistansi atau penolakan baik yang bersifat statik (berupa sifat malasberubah dan malas belajar) maupun agresif (perlawanan, karena menjadi pihak yang‘dirugikan’). Ketergantungan pada sumber dana yang berasal dari hibah kompetisimenjadikan perkembangan TIK di Unnes tidak selalu berjalan sesuai skenario ideal.Hal itu disebabkan setiap program hibah yang diluncurkan Dikti senantiasa memilikiarah dan fokus sendiri, dan tidak selalu bisa dikaitkan dengan implementasi TIK.XIV. Peluang-peluang di Masa Depan Pada Kurikulum Berbasis Kompetensi maupun Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan, termuat mata ajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk SMP/MImaupun SMA/SMK/MA/MAK. Sampai saat ini belum ada Lembaga PendidikanTenaga Kependidikan yang menghasilkan guru dengan spesialisasi pengajarTeknologu Informasi dan Komunikasi. Sebagian besar guru TIK di lapangan adalahguru yang berasal dari bidang keahlian kependidikan lain yang kebetulan ‘bisamengoperasikan komputer’ atau bahkan sarjana-sarjana komputer. Ini merupakanpeluang bagi LPTK seperti Unnes, baik dengan membuka secara khusus programstudi yang terkait dengan TIK ataupun membekali calon guru dengan keterampilanTIK yang memadai sehingga tidak gamang menghadapi penugasan sebagai guru TIK. Ladang garapan lain yang seharusnya digarap LPTK seperti Unnes adalahbidang pemanfaatan TIK dalam proses pembelajaran. Kiranya program studiKurikulum dan Teknologi Pendidikan (dengan penekanan pada frasa terakhir,Teknologi Pendidikan) tepat untuk menggarap bidang tersebut. Berikut adalahsebagian dari daftar panjang bidang-bidang yang seharusnya digarap Unnes sebagaiLPTK: Kajian desain dan implementasi bahan ajar multimedia; Kajian teori-teori belajar terkait proses pembelajaran online; Kajian eksploratif pemanfaatan jaringan Internet dalam proses pembelajaran; Desain dan implementasi perangkat lunak pembelajaran dengan berlandaskanpada teori belajar mutakhir; 8
  • Pemanfaatan secara kreatif aplikasi-aplikasi berbasis internet yang telah adamenjadi alat bantu pembelajaran; Kajian pemanfaatan chatting, blogging, maupun teleconferencing pada prosespembelajaran;XV. Penutup Sebagai institusi yang menghasilkan guru dan tenaga kependidikan lainnya,Unnes masih perlu membenahi dan terus memperbaiki infrastruktur terkait teknologiinformasi dan komunikasi. Perbaikan infrastruktur TIK ini merupakan keniscayaan,mengingat pesatnya perkembangan TIK pada umumnya dan yang terkait denganproses pembelajaran pada khususnya. Selain perbaikan infrastruktur, rekayasa sosialuntuk mendekatkan sivitas akademika dengan TIK perlu dilakukan mengingat bahwaadopsi teknologi hanya berhasil baik apabila disertai dengan penyesuaian-penyesuaianbudaya maupun kebiasaan yang dibawa serta oleh teknologi tersebut.

Artikel Teknologi dan Pembelajaran

Pada era globalisasi saat ini, masyarakat Indonesia di tuntut untuk mampu menggunakan teknologi agar mampu bersaing dengan Negara lain. Saat ini, masih banyak masyarakat Indonesia yang belum mampu menggunakan Teknologi dengan baik, contohnya saja dalam hal pengoperasian komputer, masih banyak yang belum menguasai Microsoft Office, sehingga Sumber Daya Manusia yang ada belum mencapai tingkat yang sesuai dalam menghadapi era globalisasi saat ini. Pihak sekolah, menjadikan TIK (Teknologi Komunikasi dan Informasi) sebagai mata pelajaran yang harus dipelajari siswa. Dan belum semua guru mampu mengintegrasikan TIK ke dalam proses pembelajaran, sehingga membuat proses pembelajaran menjadi monoton dan membosankan.
Namun saat ini, di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dsb, sudah mampu mengintegrasikan TIK ke dalam proses pembelajaran mereka. Contohnya saja, sudah adanya Sekolah yang menerapkan E-learning dalam proses pembelajaran mereka. Adanya sekolah yang menerapkan pendidikan jarak jauh yang membantu daerah-daerah terpencil agar mampu meraih pendidikan yang sebanding dengan mereka yang ada di kota-kota besar.
Masalah besar yang masih ada saat ini diantaranya adalah fasilitas dan kemampuan sumber daya manusia. Fasilitas untuk mendukung adanya pendidikan jarak jauh masih jauh melampaui biaya yang dimiliki pihak sekolah. Tidak semua sekolah mampu menyediakan fasilitas tersebut dengan biaya yang sedikit. Sumber daya guru yang masih sedikit dalam memiliki kemampuan mengoperasikan komputer dan program-program E-Learning. Adanya rasa “gengsi” guru untuk merubah pola mengajar mereka yang tradisional menjadi pembelajaran berbasis aneka sumber termasuk media pembelajaran juga merupakan salah satu kendala dalam pengintegrasian TIK. Alasan yang selalu ada yaitu kurangnya mereka menguasai media, dan ketidakmampuan itu terkadang tidak mau mereka hilangkan dan tidak mau mempelajari bagaimana media tersebut bekerja membantu proses pembelajaran. Masalah-masalah ini yang selalu menjadi kendala dalam mengintegrasikan TIK ke dalam proses pembelajaran.
Berbeda jauh dengan integrasi teknologi komunikasi dan informasi di kota-kota besar. Adanya pelatihan-pelatihan dan rasa keingintahuan guru untuk menguasai komputer membantu mereka untuk mengintegrasikan TIK dalam proses pembelajaran. Sehingga proses pembelajaran yang ada tidak lagi monoton, seperti penggunaan Power Point dalam pelajaran sejarah; adanya CD pembelajaran dalam pembelajaran Matematika, Biologi, Bahasa Inggris, dsb; adanya penggunaan audio dalam proses pembelajaran Listening pada pelajaran Bahasa Inggris dengan disediakannya Lab Bahasa pada beberapa sekolah; penggunaan Website (baik yang berbayar maupun tidak, misalnya Blog, dsb) pada beberapa sekolah yang mengerti manfaat website tersebut bagi siswa dan sekolah; juga dengan adanya pendidikan jarak jauh tentunya dengan didirikannya Universitas Terbuka dan SMP Terbuka. E-Learning saat ini menjadi satu kebutuhan penting dalam proses pembelajaran agar mampu meratakan pendidikan di Indonesia. Tinggal bagaimana pemerintah mengalokasikan dana pendidikan secara tepat dan merata agar terpenuhinya pemerataan pendidikan dan mengurangi kesenjangan pendidikan yang ada di kota besar dan daerah terpencil.

Artikel Teknologi Pengembangan Komputer

Pada tahun 1937, Prof. Howard Aikem, seorang mulai merancang dan mengembangkan pembuatan sebuah komputer yang dapat melakukan operasi aritmatika dan logika secara otomatis. Komputer yang dirancang Prof Howard mulanya hanya mekanik elektronik. Kemudian dengan bantuan perusahaan IBM, yaitu perusahaan elektronik yang sekarang juga perusahaan komputer pada tahun 1944, komputer rancangannya tersebut terselesaikan secara elektronik. Komputer tersebut diberi nama “Harvard Mark I Automatic Sequence-Controlled Calculator (ASCC)”. Cukup rumit memang, namun itulah cikal bakal dari komputer itu sendiri.
Pada tahun 1948, mulailah ditemukannya transistor, inilah cikal bakal semua barang elektronik mempunyai ukuran yang kecil secara drastis. Tak terkecuali dengan komputer yang notabennya sebelumnya memiliki ukuran yang super besar. Pada tahun 1956 transistor mulai digunakan pada komputer yang membuat komputer bekerja lebih cepat, hemat, dan kecil. Mulailah berbagai perusahaan besar menggunakan komputer sebagai penunjang memproses informasi keuangan.
Pada tahun 1958 Jack Kilby mengembangkan sirkuit terintegrasi (IC : integrated circuit). IC mengkombinasikan tiga komponen elektronik dalam sebuah piringan silikon kecil yang terbuat dari pasir kuarsa. Pada ilmuwan kemudian berhasil memasukkan lebih banyak komponen-komponen ke dalam suatu chip tunggal yang disebut semikonduktor. Hasilnya adalah komputer semakin kecil, karena beberapa fungsi komponen telah diambil alih oleh IC.
Komputer semakin tahun semakin berkembang, dan akhirnya terbentuklah yang namanya procesor yang ditemukan pada tahun 1971. Setelah kejadian itu, komputer menjadi semakin kecil, karena banyak sekali komponen yang dijadikan satu dan perannya digantikan oleh procesor. Setelah itu, seiring dengan perkembangan komputer, ditemukanlah LAN untuk efisiensi pengiriman data, berbagi piranti, atau yang lainnya. Setelah banyak berkembang dari tahun ke tahun, sekarang komputer menjadi seperti yang kita lihat saat ini.

Artikel Pendidikan Dasar


Tapi apakah sekolah gratis yang diaplikasikan di negara kita menjamin mutu pendidikan dasar? Hal ini merupakan sebuah polemik yang menjadi PR bagi kita semua. 
Saat ini banyak sekali orang yang berbondong-bondong ingin menjadi tenaga pendidik dikarenakan iming-iming kesejahteraan yang ditawarkan oleh pemerintah. Tapi apakah orang-orang tersebut layak menjadi seorang pendidik? mengajar mudah tapi yang sulit adalah mendidik.

Masih segar di ingatan ayah saya bercerita ketika beliau masih hidup, betapa susahnya jadi seorang guru. Gaji tidak sesuai dengan banyaknya pekerjaan dilakukan dan orang-orang tidak ada yang berminat untuk menjadi seorang guru. Tapi sekarang terjadi hal sebaliknya, para guru berburu gelar sertifikasi hanya untuk mendapatkan income 2 kali gaji pokok. Paling menyakitkan hati, ketika hasil buruan telah didapat mutu yang diharapkan berbanding lurus dengan kesejahteraan yang diberikan sering terjadi sebaliknya.

Dana BOS bertujuan membantu anak-anak yang kurang mampu atau miskin agar dapat sekolah dengan gratis, alias tidak bayar uang sekolah . Ada iklan di televisi yang mengkampanyekan sekolah gratis untuk anak Indonesia. Hampir seluruh rakyat gembira mendengar kabar itu. Tapi mungkin iklan itu hanya sekedar harapan yang masih jauh di awang-awang karena katanya kabar ?Gratis? yang digembar-gemborkan itu punya makna yang berbeda.. Yang jelas ?gratis? bukan berarti kita tidak membayar sama sekali.

Kata gratis sering sekali di salah artikan oleh masyarakat, mereka berpikir kalau kata gratis itu artinya kita tidak akan membayar sepeserpun untuk mendapatkan pendidikan di jenjang pendidikan sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP). Gratis yang dimaksud di sini adalah gratis dalam pembayaran SPP dan Komite, untuk masalah peralatan sekolah yang dibutuhkan seperti buku tulis, seragam disiapkan sendiri oleh siswa. Tetapi terkadang juga ada sekolah yang sering memberikan kebijakan melakukan pemungutan biaya tentunya melalui kesepakatan pada rapat komite sekolah yang diikuti oleh orang tua wali siswa.

Saya pernah juga mendengar ada sebuah sekolah yang tidak ingin menerima dana BOS karena mereka punya sumber dana yang jauh lebih besar dan bisa menutupi semua biaya operasional sekolah. Bahkan jauh lebih baik dan lebih besar dari dana BOS yang dikucurkan oleh pemerintah.

Artikel Perpustakaan


MINAT baca selama ini menjadi salah satu masalah besar bagi bangsa Indonesia. Betapa tidak, saat ini minat baca masyarakat Indonesia termasuk yang terendah di Asia.

Indonesia hanya unggul di atas Kamboja dan Laos. Padahal semakin rendah kebiasaan membaca, penyakit kebodohan dan kemiskinan akan berpotensi mengancam kemajuan dan eksistensi bangsa ini. Parahnya lagi, rendahnya minat baca bukan hanya terjadi pada masyarakat umum, di SD, SMP, SMA, bahkan di perguruan tinggi pun minat baca mahasiswa sangat rendah. Hal tersebut sangat bertolak belakang dengan kondisi di Jepang.

Saat ini tentu kita sudah melihat bagaimana kemajuan perkembangan iptek di Jepang. Semua itu disebabkan karena pemerintah Jepang sangat memprioritaskan kebutuhan bahan bacaan masyarakatnya, terutama anak-anak sekolah dan mahasiswa, sehingga tak mengherankan jika perpustakaan, terutama di kampus-kampus Jepang, selalu ramai dikunjungi mahasiswa.

Berbeda dari kondisi perpustakaan kampus di Indonesia, perpustakaan kampus tak lebih hanya sebagai tempat penyimpanan dan pajangan berbagai koleksi buku dan bahan referensi lainnya. Lebih ironis lagi, perpustakaan kampus sering dijadikan sebagai tempat untuk pacaran, bukan tempat membaca dan berdiskusi.

Sebagai seorang mahasiswa dan calon ilmuwan, perpustakaan seharusnya menjadi tempat yang paling dicari, terutama dalam mencari referensi untuk membuat atau menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan.

Menumbuhkan Minat Baca

Faktor yang menjadi peyebab sepinya perpustakaan, selain minat baca mahasiswa yang menurun, juga karena perpustakaan tidak bisa mengikuti perkembangan zaman dengan tidak memenuhi kebutuhan mahasiswa. Untuk memenuhi kebutuhan tugas-tugas kuliah, mahasiswa seringkali lebih memilih cara instan, yaitu mencari di internet.

Mengapa minat baca mahasiswa rendah? Menurut (Arixs: 2006) ada enam faktor penyebab: (1) Sistem pembelajaran di Indonesia belum membuat mahasiswa harus membaca buku, (2) banyaknya tempat hiburan, permainan, dan tayangan TV yang mengalihkan perhatian mereka dari menbaca buku, (3) budaya baca memang belum pernah diwariskan nenek moyang kita, sedangkan budaya tutur masih dominan daripada budaya membaca, (4) sarana untuk memperoleh bacaan seperti perpustakaan atau taman bacaan masih merupakan barang langka, (5) tidak meratanya penyebaran bahan bacaan di berbagai lapisan masyarakat (6) serta dorongan membaca tidak ditumbuhkan sejak jenjang pendidikan praperguruan tinggi.

Perpustakaan sesungguhnya memainkan peranan penting bagi terciptanya budaya membaca bagi mahasiswa. Perpustakaan merupakan jembatan menuju penguasaan ilmu pengetahuan, dapat memberikan kontribusi penting bagi terbukanya akses informasi, serta menyediakan data yang akurat bagi proses pengambilan sumber-sumber referensi bagi pengembangkan ilmu pengetahuan. Dan semua itu hanya bisa di dapatkan dengan cara membaca.

Oleh sebab itulah, perpustakaan kampus hendaknya didesain sedemikian rupa supaya mahasiswa dan civitas academica lebih betah berada di sana. Perpustakaan harus mampu memenuhi dahaga para mahasiswa yang haus akan ilmu pengetahuan dengan empat cara.

Pertama, menambah sarana dan prasarana perpustakaan, seperti adanya fasilitas dan jaringan internet atau wi-fi, memperbanyak ruang diskusi, dan memperbaiki ruang bacaan. Jika hal ini dapat diwujudkan, tentu akan menarik perhatian mahasiswa berkunjung ke perpustakaan.

Kedua, memberikan pelayanan yang baik, ramah, dan bersahabat. Hal ini sangat penting mengingat para pengunjung adalah mahasiswa yang berpendidikan. Jadi jika ada pelayanan dari petugas yang kurang baik dan kurang memuaskan tentu mereka akan protes dan kurang nyaman dalam menggunakan fasilitas perpustakaan.

Ketiga, tersedianya koleksi buku yang memadai. Koleksi bahan bacaan (buku atau literarur) merupakan komponen yang paling penting bagi perpustakaan. Koleksi yang harus dimiliki oleh perpustakaan minimal adalah buku wajib bagi setiap mata kuliah yang diajarkan dan jumlahnya harus memadai. Menurut SK Mendikbud 0686/U/1991, setiap mata kuliah dasar dan mata kuliah keahlian harus disediakan dua judul buku wajib dengan jumlah eksemplar sekurang-kurangnya 10 % dari jumlah mahasiswa yang mengambil mata kuliah tersebut.

Keempat, menciptakan iklim membaca di kampus. Lingkungan akademik yang kondusif akan mendorong mahasiswa untuk rajin ke perpustakaan. Hal itu bisa dilakukan, misalnya dengan cara dosen memberikan tugas membaca bagi mahasiswanya.

Jika perpustakaan dapat memberikan layanan yang baik dan menyediakan berbagai kebutuhan literatur yang dibutuhkan, maka mahasiswa akan banyak mendatangi perpustakaan. Lingkungan yang demikian memang tidak bisa diciptakan sendirian oleh perpustakaan, melainkan harus bekerja sama dengan seluruh warga kampus.

Artikel Pendidikan Moral

ARTIKEL PENDIDIKAN MORAL

Manusia Indonesia menempati posisi sentral dan strategis dalam pelaksanaan pembangunan nasional, sehingga diperlukan adanya pengembangan sumber daya manusia (SDM) secara optimal. Pengembangan SDM dapat dilakukan melalui pendidikan mulai dari dalam keluarga, hingga lingkungan sekolah dan masyarakat.
Salah satu SDM yang dimaksud bisa berupa generasi muda (young generation) sebagai estafet pembaharu merupakan kader pembangunan yang sifatnya masih potensial, perlu dibina dan dikembangkan secara terarah dan berkelanjutan melalui lembaga pendidikan sekolah. Beberapa fungsi pentingnya pendidikan sekolah antara lain untuk : 1) perkembangan pribadi dan pembentukan kepribadian, 2) transmisi cultural, 3) integrasi social, 4) inovasi, dan 5) pra seleksi dan pra alokasi tenaga kerja ( Bachtiar Rifai). Dalam hal ini jelas bahwa tugas pendidikan sekolah adalah untuk mengembangkan segi-segi kognitif, afektif dan psikomotorik yang dapat dikembangkan melalui pendidikan moral. Dengan memperhatikan fungsi pendidikan sekolah di atas, maka setidaknya terdapat 3 alasan penting yang melandasi pelaksanaan pendidikan moral di sekolah, antara lain : 1). Perlunya karakter yang baik untuk menjadi bagian yang utuh dalam diri manusia yang meliputi pikiran yang kuat, hati dan kemauan yang berkualitas, seperti : memiliki kejujuran, empati, perhatian, disiplin diri, ketekunan, dan dorongan moral yang kuat untuk bisa bekerja dengan rasa cinta sebagai ciri kematangan hidup manusia. 2). Sekolah merupakan tempat yang lebih baik dan lebih kondusif untuk melaksanakan proses belajar mengajar. 3).Pendidikan moral sangat esensial untuk mengembangkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan membangun masyarakat yang bermoral (Lickona, 1996 , P.1993).
Pelaksanaan pendidikan moral ini sangat penting, karena hampir seluruh masyarakat di dunia, khususnya di Indonesia, kini sedang mengalami patologi social yang amat kronis. Bahkan sebagian besar pelajar dan masyarakat kita tercerabut dari peradaban eastenisasi (ketimuran) yang beradab, santun dan beragama. Akan tetapi hal ini kiranya tidak terlalu aneh dalam masyarakat dan lapisan social di Indonesia yang hedonis dan menelan peradaban barat tanpa seleksi yang matang. Di samping itu system [pendidikan Indonesia lebih berorientasi pada pengisian kognisi yang eqivalen dengan peningkatan IQ (intelengence Quetiont) yang walaupun juga di dalamnya terintegrasi pendidikan EQ (Emotional Quetiont). Sedangkan warisan terbaik bangsa kita adalah tradisi spritualitas yang tinggi kemudian tergadai dan lebih banyak digemari oleh orang lain di luar negeri kita, yaitu SQ (Spiritual Quetiont). Oleh sebab itu, perlu kiranya dalam pengembangan pendidikan moral ini eksistensi SQ harus terintegrasi dalam target peningkatan IQ dan EQ siswa.
Akibat dari hanyutnya SQ pada pribadi masyarakat dan siswa pada umumnya menimbulkan efek-efek social yang buruk. Bermacam-macam masalah sosial dan masalah-masalahh moral yang timbul di Indonesia seperti : 1). meningkatnya pembrontakan remaja atau dekadensi etika/sopan santun pelajar, 2). meningkatnya kertidakjujuran, seperti suka bolos, nyontek, tawuran dari sekolah dan suka mencuri, 3). berkurangnya rasa hormat terhadap orang tua, guru, dan terhadap figur-figur yang berwenang, 4). meningkatnya kelompok teman sebaya yang bersifat kejam dan bengis, 5) munculnya kejahatan yang memiliki sikap fanatik dan penuh kebencian, 6). berbahsa tidak sopan, 7). merosotnya etika kerja, 8). meningkatnya sifat-sifat mementingkan diri sendiri dan kurangnya rasa tanggung jawab sebagai warga negara, 9). timbulnya gelombang perilaku yang merusak diri sendiri seperti perilaku seksual premature, penyalahgunaan mirasantika/narkoba dan perilaku bunuh diri, 10). timbulnya ketidaktahuan sopan santun termasuk mengabaikan pengetahuan moral sebagai dasar hidup, seperti adanya kecenderungan untuk memeras tidak menghormati peraturan-peraturan, dan perilaku yang membahayakan terhadap diri sendiri atau orang lain, tanpa berpikir bahwa hal itu salah (Koyan, 2000, P.74).
Untuk merespon gejala kemerosotan moral tersebut, maka peningkatan dan intensitas pelaksanan pendidikan moral di sekolah merupakan tugas yang sangat penting dan sangat mendesak bagi kita, dan perlu dilaksanakan secara komprehensif dan dengan menggunakan strategi serta model pendekatan secara terpadu, yaitu dengan melibatkan semua unsur yang terkait dalam proses pembelajaran atau pendidikan seperti : guru-guru, kepala sekolah orang tua murid dan tokoh-tokoh masyarakat. Tujuan pendidikan moral tidak semata-mata untuk menyiapkan peserta didik untuk menelan mentah konsep-konsep pendidikan moral, tetapi yang lebih penting adalah terbentuknya karakter yang baik, yaitu pribadi yang memiliki pengetahuan moral, peranan perasaan moral dan tindakan atau perilaku moral (Lickona, 1992. P. 53 )
Pada sisi lain, dewasa ini pelaksanan pendidikan moral di sekolah diberikan melalui pembelajaran pancasila dan kewarganegaraan (PPKn) dan Pendidikan agama akan tetapi masih tampak kurang pada keterpaduan dalam model dan strategi pembelajarannya Di samping penyajian materi pendidikan moral di sekolah, tampaknya lebih berorientasi pada penguasaan materi yang tercantum dalam kurikulum atau buku teks, dan kurang mengaitkan dengan isu-isu moral esensial yang sedang terjadi dalam masyarakat, sehingga peserta didik kurang mampu memecahkan masalah-masalah moral yang terjadi dalam masyarakat Bagi para siswa,adalah lebih banyak untuk menghadapi ulangan atau ujian, dan terlepas dari isu-isu moral esensial kehidupan mereka sehari-hari. Materi pelajaran PPKn dirasakah sebagai beban, dihafalkan dan dipahami, tidak menghayati atau dirasakan secara tidak diamalkan dalam perilaku kehidupan hari-hari.
Dalam upaya untuk meningkatkan kematangan moral dan pembentukann karakter siswa. Secara optimal ,maka penyajian materi pendidikan moral kepada para siswa hendaknya dilaksanakan secara terpadu kepada semua pelajaran dan dengan mengunakan strategi dan model pembelajaran seccara terpadu, yaitu dengan melibatkan semua guru, kepala sekolah ,orang tua murid, tokoh-tokoh masyarakat sekitar. Dengan demikian timbul pertanyaan,bahan kajian apa sajakah yang diperlukan untuk merancang model pembelajaran pendidikan moral dengan mengunakan pendekatan terpadu ?
Untuk mengembangkan strategi dan model pembelajaran pendidikan moral dengan menggunakan pendekatan terpadu ,diperlukan adanya analisis kebutuhan (needs assessment) siswa dalam belajar pendidikan moral. Dalam kaitan ini diperlukan adanya serangkaian kegiatan, antara lain : (1) mengidentifikasikan isu-isu sentral yang bermuatan moral dalam masyarakat untuk dijadikan bahan kajian dalam proses pembelajaran di kelas dengan menggunakan metode klarifikasi nilai (2) mengidentifikasi dan menganalisis kebutuhan siswa dalam pembelajaran pendidikan moral agar tercapai kematangan moral yang komprehensif yaitu kematangan dalam pengetahuan moral perasaan moral,dan tindakan moral, (3) mengidentifikasi dan menganalisis masalah-masalah dan kendala-kendala instruksional yang dihadapi oleh para guru di sekolah dan para orang tua murid di tua murid dirumah dalam usaha membina perkembangan moral siswa,serta berupaya memformulasikan alternatif pemecahannya, (4) mengidentifikasi dan mengklarifikasi nilai-nilai moral yang inti dan universal yang dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam proses pendidikan moral, (5) mengidentifikasi sumber-sumber lain yang relevan dengan kebutuhan belajar pendidikan moral.
Dengan memperhatikan kegiatan yang perlu dilakukan dalam proses aplikasi pendidikan moral tersebut, kaitannya dengan kurikulum yang senantiasa berubah sesuai dengan akselerasi politik dalam negeri, maka sebaiknya pendidikan moral juga dilakukan penngkajian ulang untuk mengikuti competetion velocities dalam persaingan global. Bagaimanapun negeri ini memerlukan generasi yang cerdas, bijak dan bermoral sehingga bisa menyeimbangkan pembangunan dalam keselarasan keimanan dan kemajuan jaman. Pertanyaannya adalah siapkah lingkungan sekolah (formal-informal), masyarakat dan keluarga untuk membangun komitmen bersama mendukung keinginan tersebut ? Karena nasib bangsa Indonesia ini terletak dan tergantung pada moralitas generasi mudanya.